Rabu, 07 Juli 2010

TUBERKULOSIS (TBC)

TUBERKULOSIS (TBC)

A. KONSEP DASAR

1. DEFENISI

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jarang oleh mycobacterium avium). Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak di sebut juga tuberculosis primer dan merupakan suatu penyakit sistematik. Tuberculosis primer biasanya mulai secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama. Tuberculosis anak masih merupakan problema yang kompleks terutama di Negara yang sedang berkembang.

2. ETIOLOGI

Penyakit tuberkulosis atau penyakit infeksi yang di sebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan factor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuk sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosil tidak membentuk toksin.

Penularan tuberculosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar focus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat per oral jika meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada micobakterium lain yakni micobakterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai tuberculosis.

3. MANIFESTASI KLINIK

Gejala umum:
1. Batuk terus menerus lebih dari 4 minggu atau lebih dengan atau tanpa sputum
2. Badan lemah
3. Gejala flu
4. Demam derajat rendah
5. Nyeri dada
Gejala yang sering jumpai:
1. Dahak bercampur darah
2. Batuk darah
3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada
4. Badan lemah, nafsu makan menurun

Sekarang digunakan klasifikasi yang membagi tuberculosis menjadi 2 stadium yaitu tuberculosis primer dan tuberculosis pascaprimer.

Penularan tuberculosis primer biasanya sukar di ketahui secara diketahui secara klinis karena penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan, dan dengan uji tuberculin secara rutin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala tuberculosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinik tuberculosis primer ialah demam, batuk, anoreksia, dan berat badan menurun (atau sulit naik). Kadang dijumpai demam yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Karena itu bila menjumpai keadaan demikian harus ada pemikiran kearah tuberculosis sebagai penyebab demam tersebut. Gejala kadang seperti brongkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka brongkopneumonia dan telah mendapatkan pengobatan untuk brongkopneumonia tidak menunjukkan perbaikan harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis.

Gambaran klinik lainnya sesuai dengan organ tubuh yang terkena. Walaupun menurut gambaran klinik penyakit tuberculosis pada anak dapat dijumpai berbagai kelainan sesuai organ tubuh yang terkena, tetapi pada umumnya jika menjumpai anak dengan demam naik turun dan lama, dengan atau tanpa batuk pilek, anoreksia, berat badan sukar naik atau bahkan menurun maka perlu dipikirkan kemungkinan anak menderita penyakit tuberculosis. Pasien memerlikan pasien lebih lanjut.

4. PATOFISIOLOGI

Masuknya kuman tuberculosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta daya tahan tubuh manusia. Sebagian besar (95%) infeksi primer terjadi di dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah terkena infeksi tuberculosis. Basil tuberculosis masuk kedalam paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberculosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas, di sebut focus primer. Basil tuberculosis akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi.

Focus primer, limfangitis, dan kelenjar getah bening regional yang membesar membentuk kompleks primer. Kompleks primer terjadi 2-10 minggu (6-8 minggu) pascainfeksi. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer maka terjadilah hipersentivisitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui dengan uji tuberculin. Waktu antara terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.

5. PENATALAKSANAAN

Pasien dengan penyakit tuberculosis tidak dirawat dirumah sakit oleh karena jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat dirumah kecuali jika telah terjadi komplikasi seperti tuberculosis milier, meningitis tuberkulosa, pleuritis dan sebagainya. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur dan mematuhi pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun (dapat 1 tahun 2 tahun atau lebih bergantung dari kebersihan pengobatannya). Masalah pasien tuberculosis yang perlu diperhatikan ialah keadaan pasien uang yang sangat lemah, bahaya terjadi komplikasi, pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium, gangguan psikososial/rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua.

Pada penatalaksanaan medis, pengobatan yang diberikan adalah:

1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari, diberikan 1 kali sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan.

2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/kg BB/hari per oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.

3) Streptomisin, bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang sembuh aktif ekstraseluler, cara memberikannya intramuscular dengan dosis selama 1-3 bulan, di lanjutkan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan lagi.

4) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35 mg/kg BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.

5) Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik). Dosis 20 mg/kg BB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.

6) PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300 mg/kg BB/hari, secara oral 2-3 kali sehari. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya tinggi kurang menyenangkan pasien.

7) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis yang masih sensitive, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Bila dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kg BB/hari. Kortikosteroid diberikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberculosis milier, meningitis surosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberculosis berat atau keadaan umum yang berat.

6. PENYIMPANGAN KDM

Bakteri tuberklosis


Mykobakterium tuberclosis


Paru -paru


Kejang naik turun berat badan menurun batuk

Selama 1-2 minggu


Nafsu makan berkurang batuk b/d peradangan proses hospitalisasi

b/d infeksi virus paru krn infeksi virus b/d penyakit


berat badan gangguan pertukaran

menurun gas

ketidak patuhan mengkonsumsi obat kecemasan pada

orang tua

penyakit susah sembuh pengobatan berulang

B. KONSEP KEPERAWATAN

1) Pengkajian

Riwayat PerjalananPenyakit

a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2) Diagnose keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infektif

b. Defisit pengetrahuan tentang proses infeksi

c. Ketidak patuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.

d. Resiko gangguan dalam menjalankan peran sebai orang tua yang berhubungan dengan isolasi pasien

3) Tujuan

a. Agar Anak dapat mengalami pengurangan batuk dan dispnea

b. Supaya Keluarga dapat mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan pengobatan

c. Supaya Orang tua dan anak mengikuti pedoman terapi

d. Agar Anak tidak mengalami kecemasan karena perpisahan berhubungan dengan kontak parental

4) Intervensi

Intervensi dari dignosa Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan proses infektif :

a. Berikan oksigen humidifier bagi anak dengan dispnea

Rasional : dispnea masih dapat terjadi, hingga pemberian obat kemoterapi dimulai untuk mendapatkan efeknya; oksigen humidifier akan mengurangi dispnea dan meningkatkan oksigenasi

b. Tinggikan bagian kepala tempat tidur

Rasional : peninggian kepala menyebabkan otot diafragma mengembang

c. Berikan obat batuk ekspertoran sesuai kebutuhan

Rasional : ekspektoran membantu melepaskan mucus

Intervensi dari dignosa Defisit pengetrahuan tentang proses infeksi :

a. Ajarkan orang tua dan anak (jika tepat) tentang penularan dan pengobatan TB

Rasional : pemahaman tentang penularan TB dan penanganannya membantu mengurangi kecemasan dan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan prosedur isolasi, dan pengobatan yang dibareikan.

b. Ajatkan orang tua dan anak bagaimana memberikan pengobatan, berapa lama terapi pengobatan harus dijalani, dan apa yang terjadi jika anak tidak menjalani tuntas pengobatannya

Rasional : pemahaman bagaimana memberikan pengobatan dan resiko bila pengobatan dihentikan diawal akan meningkatakan kepatuhan

Intervensi dari dignosa Ketidak patuhan yang berhubungan dengan pengobatan dalam jangka waktu lama.

a. Kaji sebarapa banyak pengetahua yang dimiliki orang tua dan anak tentang TB dan hal ketidak pahaman yang dimiliki

Rasional : pengkajian membantu menentukan apa yang orang tua dan anak butuhkan untuk belajar agar dapat membantu mereka memenuhi pengobatan jangka panjang

b. Ajarkan orang tua dan anak tentang program pengobatan dan alasan menjalani pengobatan dengan tuntas, da yakinkan tentang pendidikan yang diperlukan.

Rasional : pendidikan dan penguatan diberikan pada orang tua dan anak dengan informasi perlu mengikuti perlunya mengikuti program pengobatan dengan tuntas dan menurunkan resiko kegagalan akibat deficit pengetahuan.

c. Identifikasi alternatif pemberi layanan yang dapat memberikan pengobatan anak jika diperlukan

Rasional: hal ini akan memberikan resiko pengabaian dosis yang dilakukan anak selama pengobatan.

Intervensi dari diagnosa Resiko gangguan dalam menjalankan peran sebai orang tua yang berhubungan dengan isolasi pasien

a. Ajarkan orang tua tentang teknik isolasi dengan benar

Rasional: pemahaman dan mengikuti teknik isolasi membantu mencegah penularan TB yang memungkinkan orang tua bersama selama mungkin dengan anaknya akan mengurangi perpisahan.

b. Motivasi orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengunjungi secara teratur

Rasional: seringnya keluarga kontak akan mengurangi kecemasan akibat perpisahan.

5) Evaluasi

a. Anak akan mengalami pengurangan batuk dan dispnea

b. Keluarga akan mengekspresikan pemahamannya tentang proses penyakit dan pengobatan

c. Orang tua dan anak akan mengikuti pedoman terapi

d. Anak tidak akan mengalami kecemasan karena perpisahan berhubungan dengan kontak parental



REFERENSI :